Belajar Mandiri Pintar Bersama

Rini Dwi Hastuti, S.Pd.T.

Belajar mandiri pintar bersama, ungkapan yang terdapat pada situs pintar.kemenag.go.id. Sebuah web yang menyediakan fasilitas pembelajaran. Nama pintar merupakan akronim dari pusat informasi pelatihan dan pembelajaran. Pintar merupakan pelatihan online mandiri, belajar bersama secara daring dan terbuka. Pintar diperuntukkan untuk semua warga kementerian agama.

Saya menjadi peserta pelatihan pintar baru pada pertengahan tahun 2023. Setelah saya cari informasi ternyata pelatihan tersebut, sudah ada sejak tanggal 18 juli 2022. Data tersebut saya dapatkan dari komentar terlama yang terdapat web pelatihan. Untuk memenuhi kebutuhan fasilitas pelatihan, MOOC pada pintar.kemenag.go.id sudah merupakan terobosan istimewa yang bisa meluas penggunaannya dari sabang sampai merauke. Di luar pengalaman saya mengikuti pelatihan secara pasif di web kemenag.pintar.go id saya juga dua kali mencoba pembelajaran aktif secara daring dan gratis di sebuah lembaga pelatihan lain.

Internet dapat membantu siswa dan guru menjadi pembelajar mendiri. Motivasi siswa untuk mengenal diri sendiri, mengenal Tuhan dan memahami bagaimana cara merencanakan masa depannya. Tujuan pertama mampu menumbuhkan sikap berani dan percaya diri dalam bertindak sehari-hari, mau bermimpi besar untuk diri, keluarga dan masyarakatnya. Mau membaca dan belajar. Siswa terbiasa berperilaku baik, sopan kepada siapapun. Bisa bekerja sama dalam tim, mampu menyampaikan pendapat dengan komunikasi dan bahasa yang baik, ide serta pemikirannya.  Guru dan siswa mampu dan mau bijaksana dalam menggunakan fasilitas sarana teknologi informasi.

Banyak hal yang perlu didiskusikan pada semua fasilitas pembelajaran yang kita hadapi dalam kehidupan kesehariannya. Guru adalah teman belajar di dalam kelas. Satu hal yang sudah saya pegang sejak pertama menjadi guru. Awal tahun 2024 merupakan fase baru perjuangan. Sebagai guru yang bertemu peserta didik para generasi Z dengan segala kemampuan penggunakan fasilitas kecanggihan teknologi komunikasi. Hal ini menjadikan peluang dan tantangan bagi saya. Peluang bagaimana memanfaatkan semua kecanggihan teknologi untuk memudahkan proses kegiatan utama belajar yaitu tranfer ilmu dan pengalaman. Serta tantangan bagaimana mendapatkan hati dan perhatian peserta didik ketika berdiri di depan kelas. Kita sebagai guru yang berfungsi utama sebagai pendidik, pengajar, pembimbing, dan pelatih.

Enam dari sepuluh peran guru yaitu fasilitator, manajer, leader, inovator, motivator, dan dinamisator merupakan inti tulisan saya kali ini. Tepat awal Februari 2024 saya mempunyai pengalaman mengajar dan mendampingi siswa dari lima madrasah. Pertama MAN Yogyakarta 3 (MAYOGA), kedua di MTs Donomulyo Nanggulan (Madonna) sekarang berubah nama menjadi MTs N 3 Kulon Progo, SMK Ma’arif Nurul Haromain Sentolo, MTs Ma’arif Nurul Haromain dan MAN 1 Kulon Progo.

Tahun 2024 menandakan keberadaan saya di madrasah sebagai guru sudah empat belas tahun. Saya datang dan mulai mendapatkan amanah di Kementerian Agama pada awal tahun 2009. Mulai resmi mengajar di dua satuan pendidikan sekaligus sejak saat itu sampai kemarin hari Kamis, tanggal 25 januari 2024.

Hitung sederhana saja, anggap awal 2010, saya guru yang baru lulus S1 mantan ibu rumah tangga yang sudah mempunyai satu balita, merasa sangat bersyukur mempunyai fasilitas belajar pada segala hal yang ada di lingkungan madrasahnya.  Mantan mahasiswa MA (mahasiswa abadi) yang meluluskan S1-nya pada tahun terakhir. Tiga hari sebelum tanggal drop out (S1 maksimal 7 tahun) baru lulus, baru terjadwal melaksanakan yudisium. Hal itu terjadi karena lebih mementingkan pengalaman berorganisasi menjadi mahasiswa gerilyawan. Alias mahasiswa dengan status tertinggi yang takut untuk lulus dan akhirnya berstatus pengangguran (harus segera bekerja dan menikah). Sebagai salah satu cara untuk tetap mendapatkan uang transpot dan fasilitas bulanan lainnya dari orang tua.

Bangga lulus sarjana tata busana sudah berstatus isteri dan bisa punya kesempatan pasca sarjana saat masih mempunyai dua balita. Semua berkat keberkahan ilmu dan dukungan serta izin suami dan keluarga besar yang dimampukan oleh Allah SWT. Lulusan Universitas Negeri Yogyakarta, Fakultas Teknik, Jurusan Pendidikan Teknik Boga Busana, bidang Studi Pendidikan Teknik Busana sehingga menyandang gelar limited edision  S.Pd.T.

Kesempatan belajar untuk mendapatkan Gelar M.Pd didapatkan dari Universitas Sarjanawiyata Taman Siswa, Jurusan Manajemen Pendidikan. Pendidikan pasca sarjana (S2) ditempuh dari tahun 2013 sampai 2019. Saya guru yang menyengaja meluangkan waktu repotnya untuk selalu belajar dan masuk ke sistem lingkungan pemaksaan belajar. Hanya karena satu alasan mengejar kebahagiaan dunia akhirat bangga menjadi pembelajar (penuntut ilmu). Sesuai dengan terjemah di dalam Al-Qur’an Surat Al-Mujadalah ayat 11 “Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: “Berlapang-lapanglah dalam majelis”, maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: “Berdirilah kamu”, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”

Hikmah selama lima tahun menjadi mahasiswa calon magister, 4 tahun aktif ditambah cuti kuliah dua semerter. Diluar rencana Allah SWT tambah satu momongan dan mendapatkan kesempatan memenuhi panggilan berhaji ke baitullah pada tahun 2017.

Guru di MAYOGA pengalaman pertama saya. Pertama mengajar diterima sebagai guru kertakes di MAN Yogyakarta III di Sleman. Madrasah keterampilan yang mulai berencana menjadi icon rintisan sekolah internasional (RSBI). Pengalaman berharga yang selalu diingat dan insya Allah berusaha dilaksanakan di manapun berada. Komitmen yang tinggi pada kualitas mutu serta mengutamakan pelanggan yaitu peserta didik. Fokus dan menikmati setiap even berada di depan para peserta didik dengan segala keunikannya. Berusaha memberikan pelayanan pembelajaran terbaik setiap minggunya dan memberikan motivasi keagamaan sebagai sarana penanaman pendidikan karakter.

         Belajar menjadi guru terbaik di sisi siswa pada setiap kesempatan, menikmati setiap detik perjumpaan dengan siswa sebagai guru tata busana yang selama 14 tahun mengajar mata pelajaran prakarya.  Prakarya merupakan keahlian tangan dalam membuat sesuatu hal menjadi menarik dan berguna. Prakarya sudah menjadi dasar dan sudah mulai diajarkan dalam setiap kehidupan manusia sejak dini dari kehidupan di dalam keluarga. Dalam Pendidikan formal, prakarya merupakan salah satu mata pelajaran yang dilaksanaan pada kurikulum 2013. Untuk jenjang SLTP/MTs mata pelajaran ini diadakan sebagai imbas dari dihapuskannya mata Pelajaran TIK dan muatan lokal (tata boga, tata busana, dan jasa niaga).

         Materi prakarya sebenarnya tidak perlu mengacu pada buku panduan yang telah dikeluarkan. Guru bisa memanfaatkan apa saja sebagai sumber materi belajar sesuai keragaman prakarya yang berkembang di daerah lembaga pendidikan tersebut berada. Prakarya mempunyai peranan penting dan menjadi peluang yang luas bagi lembaga pendidikan untuk berinovasi dan berkreasi dengan memperhatikan sumber daya guru dan potensi lingkungan di sekitar lembaga pendidikan. Karena bahan yang digunakan tersedia secara umum di pasaran bahkan ada di sekitar lingkungan rumah maupun madrasah. Dilihat dari kompetensi inti dan materi pelajaran prakarya kelas VII, VIII, dan IX sebenarnya inti materinya sama. Perbedaan utamanya pada metode dan teknik serta proses kreatifnya.

         Saya yang berlatar belakang pendidikan tata busana belajar bersama peserta didik memberikan pembelajaran pada empat aspek prakarya yaitu pengolahan, kerajinan, budidaya, dan rekayasa. Sesuai filosofi Ki Hajar Dewantara bahwa didiklah murid sesuai zamannya. Sejak tahun pelajaran 2014/2015 awal diberlakukannya kurikulum 2013 di Madrasah Tsanawiyah Negeri 3 Kulon Progo. Saya merintis pelaksanaan praktik pengolahan sesuai bahan perkelasnya, satu semester satu kali. Serta menambahkan kreatifitas pada hasil produk olahan asli karya kreatifitas siswa secara berkelompok, dengan mewajibkan setiap kelompok minimal membuat lima kemasan jual. Satu untuk dinilaikan dan empat dijual. Minimal terjual empat untuk mendapatkan nilai ketuntasan minimal (KKM).

         Untuk inovasi saya berusaha mengikuti semua akun media sosial yang umum dimiliki oleh siswa. Saya memaksa belajar mengikuti trend media sosial siswa. Pertama dengan teknik pengiriman file laporan tertulis melalui imeal, laporan video bisa melalui  face book, instagram, tik-tok, snack video, dan you tube. Saya juga mengharuskan diri saya mengirimkan semua dokumentasi praktik siswa (mengaplaudnya) ke salah satu sosial media tersebut agar dapat diakses (dilihat) oleh siswa sampai kapan pun.

         Untuk menjaga kualitas produk olahan siswa yang telah dibeli oleh beberapa guru dan tenaga kependidikan, saya berusaha berkomunikasi dengan guru tersebut untuk meminta pendapatnya. Pendapat konsumen tentang rasa, bentuk, kreasi tampilan bahan dan kemasan yang digunakan serta kesesuaian harga dibandingkan dengan harga pasaran di luar. Saya juga membiasakan diri mengajak diskusi guru lain untuk meminta saran jenis resep olahan apa dari bahan apa yang sesuai dengan tema, yang kedepan akan saya rekomendasikan di kelas pembelajaran.

 Ada hal lucu dan unik serta menggemaskan yang akhirnya terselesaikan bersama berjalannya waktu. Pelaksanaan inovasi pembelajaran praktik masak ini sudah menjadi tradisi dan terus dilaksanakan selama sepuluh tahun. Kemampuan bekerja sama mereka bertahap terasah dari kelas VII, VIII, dan IX. Berikut contoh olahan buah yang biasa dipraktikkan siswa antara lain: rujak, lutis, smoothies, sandwich, salad, aneka kreasi jus buah, rujak es krim, es buah, sup buah, manisan, asinan buah, aneka olahan pisang (kripik pisang, pisang goreng, bolen pisang, pisang aroma), dan aneka olahan dari buah sukun (sukun goreng, gethuk sukun, kripik sukun dst).

Sayuran berkuah bening seperti sayur sop, sayur bening, sayur asem dan sayur brambang salam. Sayuran berkuah santan misalnya sayur lodeh, sayur kuning, sayur bobor, sayur gulai, gudeg dan brongkos, Camilan dari bahan sayur: jamur krispi dan kripik bayam. Olahan pangan yang berasal dari hasil samping buah (manisan kulit jeruk bali, sayur jantung pisang, buntil daun dan bunga pepaya, rujak bluluk, dst)  dan olahan dari hasil samping sayuran (pemanfaatan batang dan daun brokoli serta wortel, kulit kentang, kulit melinjo dst)  merupakan bahan utama praktik masak untuk kelas VII.

Olahan serealia, umbi, dan kacang-kacangan dari bahan asli, bahan setengah jadi, dan bahan hasil sampingnya merupakan materi praktik masak untuk kelas VIII. Semester gasal  contoh olahannya antara lain: jaddah, lemper, arem-arem, gethuk, bergedel, timus, aneka kreasi nasi goreng, kripik talas, singkong keju, jasuke (jagung susu keju), susu kedelai, bubur kacang hijau, susu kacang hijau, ubi coklat, bola-bola ubi, pangsit isi kacang, dan donat kentang. Olahan bahan setengah jadi dari serealia, umbi dan kacang-kacangan pada semester genap antara lain: mendoan, aneka kreasi bakwan, risol mayo, bubur sum-sum, nogosari, klempon, cenil, growol, kripik growol, lapis, aneka kreasi kue lumpia, wingko, dodol, dst. Olahan pangan yang berasal dari  bahan hasil samping serealia, umbi dan kacang-kacangan antara lain: aneka olahan tempe gembus, (tumis, mendoan gembus, sayur santan), lutis daun glandir (daun ubi jalar), sayur batang dan daun talas, kue bekatul, dan kripik kulit singkong.

Hasil peternakan dan perikanan untuk kelas IX lengkap dari bahan asli seperti telur, susu, rumput laut, aneka daging segar, ikan, udang, dan olahan setengah jadinya seperti dendeng, abon, telur asin, aneka ikan asin, serta campuran olahan daging dan ikan pada kemasan seperti aneka bakso, pempek, sosis, nuget, surimi, rolade, dan kornet, dan aneka ikan, udang dan daging frozen seperti fillet ikan dan daging. Olahan hasil samping hasil peternakan dan perikanan seperti terasi, jeroan, aneka olahan tulang, leher, kepala, ceker ayam, kulit ikan, ayam, kikil kulit sapi, kambing, krecek kulit sapi, tulang daging sapi, tulang, kepala ikan, kepala, kulit udang, kripik, atau abon kulit lele dan seterusnya.

Untuk melatih siswa mau bekerja sama secara efektif dalam tim sungguh hal yang tidak mudah, menumbuhkan rasa kepercayaan diri dari siswa untuk mau dengan ikhlas bekerja sama, menerima kelebihan dan kekurangan semua anggota kelompok, mau dipimpin dan  diarahkan oleh ketua kelompok yang telah disepakati, mau menjadi ketua, sekretaris dan bendahara kelompok selalu saya motivasi dengan iming-iming  nilai kepengurusan berupa ketua paling tinggi, sekretaris kedua dan bendahara ketiga serta keempat adalah anggota biasa. Penjelasan secara detail apa tugas ketua, sekretaris, dan bendahara dalam praktik masak ini berulang kali saya sampaikan agar semua siswa faham dengan tugas pokok dan fungsinya (tupoksi) dalam kelompok. Ketua harus membuat whatsapp group (WAG) kelompok untuk sarana berkomunikasi dalam merencanakan praktik hingga laporan perencanaan tertulis detail dari nama olahan, bahan dengan jumlahnya, alat dengan siapa yang bertanggung jawab membawanya, resep secara detail dari pencucian hingga penyajian untuk penilaian atau pun pengemasan rencana jualnya, jumlah iuran yang akan dikumpulkan, sampai rencana harga jual perkemasannya.

Melatih siswa berani dan percaya diri ketika berfoto dengan produk olahan praktik yang mereka masak juga butuh perjuangan panjang. Hingga saya perlu membuat ancaman yang tidak mau berfoto nilai praktik masak tidak akan diberikan. Mau dan berani menawarkan dagangan kepada bapak ibu guru, tenaga kependidikan dan teman se-madrasah juga berproses. Awalnya dahulu saya harus mengantarkan ke ruang guru dan tu mengawali omongan minta izin mengantar para wakil kelompok praktik masak menawarkan produk olahan mereka. Serta minta komentar dan saran dari hasil olahan praktik masak dari siswa sebagai bahan evaluasi produk yang akan ditulis pada laporan siswa perkelompok.

Trik melaksanakan kerja kelompok agar siswa mau dengan cepat membentuk meja perkelompok saya lakukan dengan menyampaikan hasil akhir diskusi pertemuan yang terdahulu serta menyampaikan tujuan diskusi kelompok hari ini dengan detail dan jelas kemudian saya menuliskan sejumlah nilai secara bertingkat di papan tulis dengan nama kelompok yang sudah disepakati. Kemudian saya hitung 1, 2, dan 3 kita beri aba-aba dan jangka waktu tertentu. Untuk membentuk meja kelompok serta anggota kelompok duduk dengan rapi sesuai kelompok masing-masing. Guru mengawasi dan menunggu laporan meja kelompok mana yang lebih dahulu selesai dan memberikan keterangan capaian skor nilai dengan menuliskan anak panah ke nama kelompok yang sesuai urutan pembentukan meja kelompok tersebut. Awalnya saya sudah membuat kesepakatan dengan siswa bahwa meja kerja kelompok diperlukan minimal dua meja yang ditata secara tidak memanjang. Sehingga bentuk meja diskusi kelompok bisa rapi dalam satu kelas, serta batas pergerakan antar kelompok bisa dilewati dengan longgar oleh guru dan siswa yang keluar masuk kelas untuk kepentingan luar. Hal ini saya praktikkan sangat efektif. Siswa perkelompok akan segera bergerak cepat ingin mendapatkan nilai pembentukan meja yang tertinggi. Hingga terkadang ada dua kelompok dengan waktu yang sama sudah siap.

Beberapa proses yang saya lakukan dalam mendampingi siswa praktik masak ini antara lain untuk menjaga kekompakan dalam bekerja sama dan menghindari adanya siswa yang belum mau mengampil peran, saya menyampaikan kepada siswa bahwa siapapun sebagai anggota kelompok boleh mengadukan kinerja anggota kelompoknya (sesuai tupoksi) kepada saya baik secara lisan, tertulis atau melalui pesan di whatsapp. 1 x 24 jam pesan di- wa- akan saya tindak lanjuti dan menjadi pertimbangan dalam penilaian. Ketika menunggui siswa berdiskusi untuk menentukan menu atau resep olahan yang mereka inginkan bersama, saya selalu berkeliling mendampingi menanyakan sampai mana proses mereka dan memberikan pancingan sederhana agar mereka segera mendapatkan pilihan menu. Jika sampai akhir jam habis mereka belum mampu menentukan kesepakatan maka saya sampaikan disilakan mencari resep menu olahan di rumah melalui wawancara dengan orang tua, pedagang makanan atau tetangga serta mencari di internet menu olahan alternatif yang mempunyai kelebihan dalam bahan mudah didapatkan, bila perlu ada di lingkungan rumah (tanpa membeli), serta siswa  yang mau membawanya tetap dihargai dengan menggantinya uang yang wajar, atau bahan yang bisa dibeli ada barangnya dan terjangkau, mudah dibuat dengan pertimbangan diperlukan pembuatan awal kerja kelompok di rumah atau tidak dalam pembuatan olahan tersebut.

Guru sangat perlu membaca dan mencermati setiap resep yang sudah mereka sepakati. Apakah sudah sesuai dengan tema bahannya?. Waktu praktik masak hanya berlangsung minimal 70 menit (2 jam pelajaran/jp) sampai 2,5 jam atau 4 jp. Contohnya pada semester genap tahun pelajaran 2023/2024 ada satu kelompok siswa dari kelas VIIIA yang berencana membuat dawet dari tepung beras. Saya yakinkan bahwa mereka tidak boleh membeli jadi dawetnya, dan mereka sanggup membuat dawet secara berkelompok di rumah sebelum pelaksanaan praktik masak di madrasah dan dilaporkan pelaksanaanya ke guru. Kapan waktu mereka bekerja kelompok membuat dawetnya, di rumah siapa dan siapa saja yang hadir serta foto-foto/video dokumentasi proses pembuatannya.

Proses yang panjang dari perencanaan, cek hasil perencanaan, persetujuan hasil perencanaan, pembuatan iklan pre order (pesan sebelum pembuatan) produk olahannya, pelaksanaan, penyajian, pengemasan, penjualan, laporan video (gabungan foto atau video) yang pengumpulannya maksimal dua minggu setelah praktik masak, dan laporan tertulis yang pengumpulannya maksimal satu bulan setelah praktik masak. Proses ini membutuhkan jiwa, kesungguhan, dan pengorbahan serta keistiqomahan dari guru dalam pengawasannya. Agar setiap proses rutin ini tetap menarik, menghasilkan olahan yang bervariasi sesuai kebutuan konsumen dan berkesinambungan guru berlahan akan mempunyai keterampilan nyata dalam  pengelolaan kelas berhadapan dengan berbagai karakter siswa yang unik.

Tentunya hal tersebut menjadi tambahan ilmu bagi saya. Bagaimana saya dapat menerapkan metode pembelajaran sesuai dengan karakteristik siswa yang sedang belajar. “Karena kesesuaian antara metode dan karakteristik anak turut berperan dalam ketercapaian proses dan hasil belajar”. Demikian kata para pakar pendidikan. Di era digital ini guru harus kreatif, ekpresif, dan enerjik. Harapan besarnya peserta mampu mengikuti proses pembelajaran praktik ini dengan optimal, sehingga mempunyai pengalaman yang baik. Siswa mampu memilih dan mengolah bahan menjadi produk pangan yang sehat, halal dan baik, dengan langkah dan prosedur yang  benar sesuai dengan tahapan pengolahan sehingga menghasilkan produk yang bermanfaat dan bernilai jual tinggi.

Contohnya peserta didik mampu memilih dan mengolah berbagai macam buah serta dapat memanfaatkan bahan hasil samping dari buah yang biasanya hanya dibuang sebagai limbah kini dapat diolah menjadi makanan atau minuman yang memiliki manfaat yang sama dengan bagian pokok dari buah itu sendiri. Dengan kemampuan siswa dalam mengolah berbagai macam buah siswa diharapkan dapat melakukan wirausaha yang dapat meningkatkan daya jual dari buah serta hasil samping buah yang diciptakan.

Kecanggihan teknologi telah mendampingi siswa untuk mendapatkan alternatif pilihan yang beragam  dalam penentuan menu olahan. Melalui internet dari google, atau beragam media sosial seperti tik tok, dan face book. Siswa berkomunikasi secara aktif  di WAG kelompok untuk menentukam kesepakatan mereka. Setelah itu ketua kelompok mengkonsultasikan nama menu pilihan menu mereka kepada saya baik secara langsung saat diskusi kelompok di kelas atau melalui wa di luar pembelajaran.

Dengan praktik masak sebanyak enam kali selama tiga tahun, di madrasah tsanawiyah saya sangat berharap siswa sudah mulai berproses untuk mempunyai kemampuan enam dasar kompetensi abad 21. C6 yaitu character (karakter), citizenship (kewarganegaraan), critical thinking (berpikir kritis), creativity (kreatif), collaboration (kolaborasi), dan communication (komunikasi).  Sebagai guru saya juga berharap tulisan ini bermanfaat dapat ditiru dan dikembangkan pada mata pelajaran lain. Sehingga pembelajaran secara berkelompok menjadi budaya dan semua siswa serta guru dapat bersama-sama mengoptimalkan proses pencapaian pengalaman C6-nya.

Bagikan ke...

Lihat juga

Saat Itu Tangis Berhenti

Dra. Sri Haryati Sri Haryati sekarang guru IPS di MTs Negeri 3 Kulon Progo, mutasi …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *