Jalanku Berbeda, Aku Bukan dari Orang yang Berada

Nur Fadlilah, S.Pd.

“Jika Allah mengabulkan doaku maka aku berbahagia, tapi jika Allah tidak mengabulkan doaku maka aku lebih berbahagia, karena yang pertama adalah pilihanku dan yang kedua adalah pilihan Allah” , ini adalah kutipan yang disampaikan oleh Ali bin Abi Thalib yang saya yakini saat ini. Menjadi seorang guru adalah pengalaman yang sangat luar biasa bagi saya, perjalanan rumit saya tempuh hingga mendapat gelar menjadi guru. Saya saat ini adalah Guru honorer di MTsN 3 Kulon Progo yang baru mengajar selama 5 tahun. Perjalanan saya dimulai ketika lulus SMA, karena saya dilahirkan dari keluarga yang kurang berada sehingga dalam menempuh pendidikan saya juga kesulitan, apalagi menempuh pendidikan S1.Lulus SMA saya tidak berharap untuk bisa melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi, karena dari segi finansial saya tidak mampu untuk biaya  kuliah, setelah lulus SMA tahun 2014 saya sempat bekerja di fotocopian.

Selang beberapa waktu ada salah satu guru SMA namanya Ibu Asih yang menghubungi saya,beliau menawarkan untuk dibiyayai kuliah di salah satu universitas swasta tetapi juga sanggup untuk bekerja laundry di tempatnya part time , pagi hingga siang bekerja dan siang  hingga sore kuliah, semasa SMA Bu Asih memang respect dengan saya karena saya termasuk anak yatim, dengan tidak berfikir lama saya langsung meng- iya- kan tawaran yang diberikan kepada saya. Bulan November 2014 saya mulai mengurus perkuliahan saya, dari pendaftaran hingga pembiyayan awal kuliah tak lama kemudian saya resmi menjadi mahasiswa baru dan saat itu saya mengambil kuliah di Fakultas Agama Islam jurusan Pendidikan Agama Islam.

Hari hari berlalu saya menjalani kuliah sekaligus bekerja, tentu tidak mudah menjalani seperti ini, badan dan fikiran sungguh lelah namun saya teringat tujuan  dan prinsip saya “Saya harus bisa mengangkat derajat orang tuaku, ibuku”. Saya merasa memiliki 2 orang ibu yaitu ibu saya sendiri Bu Marsih dan ibu yang membiayai kuliahku yaitu Bu Asih, 4 Tahun berlalu hingga akhirnya saya berhasil menyelesaikan pendidikan saya dan bulan November 2018 prosesi wisuda. Tak lama kemudian saya diminta untuk menjadi guru SD Tanjungharjo, saat itu saya diminta untuk menjadi Guru Ekstra BTAQ (Baca Tulis Al Qur’an), meskipun hanya menjadi guru ekstra tapi tetap saya syukuri karena di sana saya dapat melatih mental saya untuk menghadapi berbagai macam siswa, honor yang saya dapat memang tidak banyak namun cukup untuk sekedar membeli bensin karena jarak sekolah dengan rumah tidak begitu jauh, saya menjadi guru di sana tidak kurang dari 1 tahun, karena setelah itu ternyata saya juga ditawari untuk mengajar di MTsN 3 Kulon Progo dan saya langsung menerima tawaran itu karena saya adalah salah satu alumni dari MTsN 3 KP dan jarak dari rumah saya cukup dekat kurang lebih 5 menit sehingga saya berfikir tidak ada salahnya saya mencoba untuk menjadi guru di tempat saya belajar dulu, per 1 juli 2019 saya resmi menjadi guru honorer di MTsN 3 Kulon Progo dan di sana saya bertemu denga guru-guru yang pernah mengajar saya dulu, bahagia rasanya ketika bertemu dengan beliau-beliau dan tidak menyangka yang dulunya saya menjadi murid mereka dan sekarang saya menjadi kawan mereka.

Tak berselang lama di akhir tahun 2019 saya menikah, lebih tepatnya hari Senin, 19 Agustus 2019, dan saya sangat merasa bahagia pada hari itu namun saya juga menyadari ketika saya sudah menikah maka semua juga akan berubah, setelah menikah saya tinggal di rumah suami yang beralamat di Temon, Kulon Progo, yang dulunya jarak rumah ke MTsN 3 KP hanya 5 menit sekarang menjadi 21 km yang ditempuh selama 35 menit, di MTsN 3 Kulon Progo saya menjadi guru Akidah Akhlak yang mengajar kelas VII,VIII dan IX, saya sangat bahagia ketika menjadi guru di sana, rekan-rekan kerja yang ramah membuat saya kerasan mengajar di sana. Menjadi guru bagi saya adalah tidak hanya sebatas mengajar atau mentransfer ilmu kepada murid-murid, justru dari sini saya mendapatkan begitu banyak pelajaran hidup dan juga ilmu bagaimana cara menghadapi murid yang berbeda-beda karakter, kemampuan serta bakat dan minatnya. Menjadi seorang guru honorer memang harus dijalani dengan ikhlas, dari segi penghasilan yang Alhamdulillah cukup untuk transport sehari-hari, namun tak mengapa memang kita itu harus menikamati proses hari ini karena saya yakin suatu saat nanti saya akan menikmati hasil proses hari ini. Saya sering mengatakan kepada murid-murid ketika di kelas agar mereka tetap semangat dan jangan takut untuk berproses segala sesuatu pasi ada jalannya ketika kita mau berusaha.

Tidak bisa dipungkiri, memang terkadang ada saja murid yang membuat saya emosi dan jengkel, namun saya dan rekan rekan guru tetap sabar menghadapi mereka. Tahun 2020 saya mendapat kabar adanya pengadaan CPNS, saya mencoba untuk pertama kalinya mendaftar CPNS dengan formasi Guru waktu itu, namun Allah belum berkehendak untuk meloloskan saya, itung-itung buat pengalaman ketika suatu saat ada pengadaan formasi lagi. Hari-hari berlalu sekaligus menunggu informasi mengenai pengangkatan guru honorer karena kabar yang beredar tenaga pendidik sekarang tidak bisa mendaftar PNS namun dialihkan pada pengadaan PPPK (Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja), dan tak berselang lama di tahun 2022 ada pengadaan PPPK , saya mulai mepersiapkan semuanya dari persyaratan hingga latihan soal-soal PPPK, waktu itu saya mendaftar formasi guru Akidah Akhlak yang kebetulan di MTs tempat saya memang sedang membutuhkan guru Akidah Akhlak dan hal itu membuat saya semangat dan sangat ambisius untuk bisa lolos CPPPK tahun 2022 karena jelas jika saya lolos maka saya akan tetap di MTsN 3 Kulon Progo, dari persyaratan administrasi Alhamdulillah lulus kemudian tak berselang lama dilanjutkan dengan tes Kompetensi yang berbasis CAT (Computer Asssisted Test), dan pada saat itu 2 hari sebelum tes dilaksanakan saya mengalami radang tenggorokan hingga badan panas dingin, saya pergi ke dokter dan diberi obat dengan harapan badan segera pulih dan bisa mengikuti tes dengan tenang, namun kenyataannya tidak seperti itu hingga waktunya tes tiba badan saya masih belum pulih ditambah dengan ruangan Tes CAT yang ber-AC membuat badan saya menjadi panas dingin dan mengigil , hal ini membuat saya tidak bisa konsentrasi ketika mengerjakan soal-soal. Saya tidak yakin akan hasil tes CAT kali ini, dan benar skor yang saya dapat tidak memenuhi nilai ambang batas yang sudah ditentukan. Satu bulan kemudian pengumuman hasil seleksi CPPPK tahun 2022 dan saya dinyatakan belum lolos dan mungkin memang belum rezeki saya, pada saat itu saya hanya bisa menangis merasa menjadi orang yang paling bodoh saya merasa minder, malu, kecewa pada diri sendiri, namun saya ingat kata-kata yang disampaikan Ali bin Abi Thalib “Jika Allah mengabulkan doaku maka aku berbahagia, tapi jika Allah tidak mengabulkan doaku maka aku lebih berbahagia, karena yang pertama adalah pilihanku dan yang kedua adalah pilihan Allah”

Hari- hari berlalu, kemudian di tahun 2023 ada pengadaan CPPPK lagi dan saya mencoba untuk mendaftar lagi, saya mempersiapkan semuanya dari pendaftaran hingga latihan-latihan soal untuk menghadapi tes kompetensi, tahap demi tahap sudah saya ikuti, do’a yang selalu saya panjatkan.  Bulan Desember 2023 tibalah pengumuman, dan tidak disangka-sangka saya lolos di tahun ini dan sempat tidak percaya menjadi urutan kedua padahal yang dibutuhkan se-DIY hanya 2, kemudian saya memperlihatkan hasil pengumuman itu kepada suami saya dan tangis pun pecah saat itu. Saya benar benar bersyukur kepada Allah dan berterima kasih kepada suami, ibu, keluarga, dan rekan-rekan yang sudah mendoakan saya. Semoga menjadi keberkahan untuk keluarga saya. Aamiin

Bagikan ke...

Lihat juga

Saat Itu Tangis Berhenti

Dra. Sri Haryati Sri Haryati sekarang guru IPS di MTs Negeri 3 Kulon Progo, mutasi …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *