Ana Harsiwi, S.Pd.
Inilah kisahku. Perkenalanku dengan Aini terjadi saat ia datang dan bergabung di kelas kami. Anaknya lembut, selembut tudung pelangi, pendiam bak pengantin yang dikipasi, dan wajahnya enak dipandang bagaikan purnama yang bersinar cerah menerangi gelapnya jagat raya alias cantik, jika melirik matanya tajam menusuk. Anak baru itu selalu mengikuti pelajaran dengan sungguh-sungguh. Teman-temannya suka dengan murid baru ini.
Pagi itu sangat cerah. Secerah hatiku. Burung-burung pun bekicau bersahutan menyanyikan lagu indah mengiringi anak-anak yang sedang bermain kejar-kejaran di pagi itu. Beberapa anak perempuan memegang sapu lidi dan mengayunkannya mengusir daun-daun yang rontok berguguran di pagi hari. Mungkin dinginnya malam menjadikan daun-daun menggigil kedinginan dan tak kuat bergantung di dahan dan jatuhlah ia.
Dan tugas anak-anak itu mengusir keberadaan daun-daun itu tanpa belas kasihan. “Bukan tempatmu di sini!” kata anak-anak itu. “Ayo kubawa kalian ke belakang sana bersama teman-temanmu,” kata anak-anak itu.
Seperti biasanya setiap pagi aku jadi polisi yang bertugas meniup terompet tanda komando anak-anak wajib melaksanakan piket pagi. Setelah kulihat keadaan sudah bersih, kulangkahkan kakiku perlahan menuju perustakaan sekolahku. Tiba-tiba “Bu Nadia… Bu Nadia…!!! Tolong Bu… Aini… ada di kamar mandi”. “Ada apa, kataku”. Aku tak jadi ke perpustakaan tapi kuhampiri Annisa yang memanggilku. Dan kulihat salah satu murid baruku sedang berusaha mencekik lehernya sendiri. “Astaghfirullah!!!” Ada apa dengan anak ini , apa yang dia lakukan. Apa yang dilakukan seperti bukan kehendak dirinya. Tangannya kaku sekali dan tangan itu selalu mengarah ke lehernya dan berusaha mencekik ke arah lehernya . Aku berusaha sekuat tenaga menolongnya menolak tangannya agar tidak mengarah ke lehernya. Baru pertama kali kulihat dalam hidupku selama aku menjadi guru kejadian semacam ini. Apakah ini yang disebut “kesurupan?”
Akhirnya suasana menjadi ramai, banyak murid yang datang melihat peristiwa itu. Jamaludin salah seorang muridku melihat hal itu segera berakting seolah-olah berusaha mengobati Aini yang kesurupan. Ia memang pemain jathilan hingga ia memeragakan pawang jathilan ketika pemain yang kesurupan mau disembuhkan.
Aku minta Amelia mengambil dragbar di ruang uks dan kuminta agar Aini dibawa ke ruang perpustakaan yang tempatnya lebih dekat dengan toilet tempat Aini pertama kali kesurupan. Akhirnya banyak rekan-rekan guru yang berusaha mengobati Aini. Namun lama Aini tak sadar-sadar juga. Akhirnya ia pun sadar dari kesurupannya.
Sebagai seorang wali kelas dari Aini aku pun memanggil orang tuanya agar segera datang ke sekolah untuk dimintai penjelasan tentang kejadian ini. Ada apa dengan Aini dan mengapa ia mengalami kasus kesurupan.
Setelah kejadian pertama ini Pak Kepala pun memanggil aku dan Bu Fatimah untuk diberi pengarahan bagaimana cara menangani orang yang kesurupan.
“Bu Nadia dan Bu Fatimah, karena kasus kesurupan ini dialami oleh murid perempuan maka yang menangani seyogyanya juga guru perempuan”, kata kepala sekolahku suatu hari. Aku paham maksudnya.
“Tapi saya belum pernah menangani anak yang kesurupan , Pak?” , kataku menimpali. “ Bu Nadia cukup pegang bagian belakang lehernya, dan lantunkan ayat kursi ke arah telinganya sampai yang merasukinya keluar. Bisa juga ditambah ayat 256 QS Al Baqarah,” lanjut Pak kamad. Setelah mendengar penjelasan itu aku pun menjadi tahu apa yang harus aku lakukan.
Namun kejadian pertama itu membuat aku gemetar, lemas juga karena ini pengalaman pertama aku membantu menangani anak yang kesurupan.
Inilah yang pertama kali dan untuk selanjutnya hari-hariku selalu disibukkan dengan murid baruku yang selalu kesurupan. Aku pun penasaran tentang dunia jin.
Aku tahu bahwa jin merupakan bagian dari makhluk ciptaan Allah Subhanahu wa ta’ala. Sama seperti manusia, jin diciptakan untuk beribadah kepada Allah. Hanya saja bedanya jin merupakan makhluk gaib yang tidak bisa dilihat oleh indera manusia biasa. Sementara jin bisa melihat manusia. Selain itu, jin bisa merasuki tubuh manusia. Masuknya jin ke dalam tubuh manusia telah ditegaskan Al Qur’an, sunah dan juga kesepakatan para ulama ahli sunah.
“Penyebab jin itu sering keluar masuk ke dalam tubuh manusia itu bisa jadi dikarenakan hawa nafsu, syahwat atau rasa cinta jin atau sebab-sebab lainnya,” kata ustadz yang sering mengisi kajian tentang jin, lantas mengutip pernyataan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah di dalam kitab “Majmu’ al-Fatawa”: “Sesungguhnya masuknya jin ke dalam tubuh manusia terkadang disebabkan suatu syahwat, hawa nafsu, rasa cinta yang sangat sebagaimana yang terjadi antara manusia dengan manusia.. dan terkadang juga—kebanyakan—dikarenakan rasa benci atau dendam seperti perlakuan sebagian orang yang menyakiti mereka atau mereka menganggap bahwa seseorang dengan sengaja telah menyakiti mereka dengan mengencingi sebagian mereka atau menyiram dengan air panas atau membunuh sebagian mereka walaupun manusia tidak mengetahui hal itu. Dan jin juga memiliki sifat bodoh dan zhalim sehingga membalasnya dengan sesuatu yang berlebihan dari yang seharusnya. Atau juga (masuknya mereka ke tubuh manusia) dikarenakan keisengan sebagian mereka dan perbuatan jahat seperti halnya manusia bodoh”.
Firman Allah Ta’ala:
وَأَنَّا مِنَّا الصَّالِحُونَ وَمِنَّا دُونَ ذَلِكَ كُنَّا طَرَائِقَ قِدَدًا
“Dan sesungguhnya di antara kami ada yang saleh dan di antara kami ada (pula) yang tidak demikian halnya. adalah kami menempuh jalan yang berbeda-beda.” (QS. Al jin : 11)
“Lantas jin yang merasuki Aini jin jenis mana?” pikirku. Tapi aku berharap Aini tak lagi kesurupan. Walaupun kenyataannya sejak Aini menjadi muridku sudah berapa kali saja ia kesurupan dan aku yang dipercaya menanganinya sekaligus aku adalah wali kelasnya. Karena seringnya aku menangani kasus kesurupannya Aini ada rekanku yang memanggil aku “dukun” Masyaallah. Benarkah? Tidak! “Aku bukan dukun”
Hari-hariku dalam menangani muridku yang selalu kesurupan menjadikan aku menikmati sebagai sebagai ujian , tantangan baruku dalam memahami dunia lain yang tak terlihat oleh mata biasa. Ini adalah tugasku sebagai hamba Allah SWT. Tidak semua orang sabar, ikhlas menangani kasus ini. Dan semoga aku salah satu hamba yang terpilih. Tapi benarkah aku terpilih? Tidak! Tak mungkin! “Itu adalah kesombongan” Astaghfirullah…. Ampuni aku ya Rabbi. Ampuni aku,” gumamku. Semua adalah kehendak-Mu. Tiada daya dan kekuatan hanya Engkau yang punya. Kau Dzat Maha Penyembuh. Kau memberi kesembuhan hamba – hamba yang Kau kehendaki. Kau beri sakit hamba-hamba yang Kau kehendaki.
Hari-hari ku berjalan seperti biasanya. Mengajar, menilai tugas siswa, menulis administrasi tak henti kulakukan. Tiba-tiba…..
Untuk yang ke-2 kalinya aku menerima kasus Aini yang kesurupan lagi. Aku minta agar anak itu dibawa ke perpustakaan. Bersama salah satu rekan ngajarku juga teman masa kecilku kulantunkan ayat kursi ke telinga anak itu. Kutambah ayat-ayat lain penangkal setan. “Alhamdulillah”, kataku dalam hati. Akhirnya Allah SWT mengeluarkan juga makhluk yang merasuki murIdku itu.
“Ya Rabbi, kenapa juga aku masih gemetar dan lemas setelah menangani Aini. Aku menjadi tidak tenang tanganku gemetar hebat bahkan untuk menulispun aku susah. Kemudian aku beranjak mengambil air wudhu agar suci lahir dan batinku. Ketenangan itu pun kudapatkan. Aku sadar hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenang.
Kasus penganan Aini yang kesurupan membawa pengalaman yang unik bagiku. Bagi aku seorang guru. Hanya guru Bahasa Indonesia. Aku bukan guru agama yang aku pikir aku tak punya mempunyai kompeten di bidang ini. Namun takdir mengatakan lain. Aku harus bertanggung jawab karena aku adalah orang tua bagi Aini di sekolah ini. Segala peristiwa yang terjadi di kelasku adalah tanggung jawabku. Maka sebisa mungkin kuperjuangkan ujian yang menimpa Aini.
Dalam kenyataannya Aini adalah anak indigo. Kamu tahu apa itu indigo? Anak indigo adalah istilah yang digunakan untuk mendeskripsikan anak yang diyakini memiliki kemampuan atau sifat yang spesial, tidak biasa, bahkan supranatural. Mereka cenderung lebih sensitif dan intuitif.
Melihat peristiwa kesurupannya Aini menyebabkan akau berpikir. Aku akan membentuk tim putri yang akan melakukan penanganan terhadap Aini manakala ia kesurupan. Kemudian aku pilih anak-anak muridku yang satu kelas dengan Aini yang hafal ayat kursi untuk masuk dalam tim ini. Dan kukatakan kepada mereka. Kita tim harus bekerja dengan ikhlas dan suci hati lillahi ta’ala dalam membantu teman. “Dengan doa insyaallah ia akan cepat sembuh,” kataku pada tim yang baru saja kubentuk
Aku katakan kepada murid-muridku, Kita sebaiknya lakukan langkah-langkah sebelum Aini mengalami kesurupan. Langkah yang harus kita tempuh yang pertama adalah amati Aini jika ada gejala aneh yang tak wajar. Kedua, hubungi Ibu dan bawa Aini ke tempat terlindung misal UKS sebelum Aini kambuh kesurupannya. Ketiga, tutup pintu dan jendela agar Aini tidak dijadikan tontonan. Keempat, kita bacakan ayat kursi bersama-sama. Jika QS Al Baqorah ayat 256 belum dihafal siswa biar Ibu yang baca. Juga baca 3 surat Al Ikhlash, An Nas, dan Al Falaq. Semua ayat dan surat itu adalah pengusir setan.
Apakah pembaca ingin tahu kisah-kisah ketika aku membantu Aini dalam mengatasi kesurupannya? Bukan aib ini hanya kisah yang akan memberi tambahan kekuatan akidah kita bahwa ternyata di dunia ini kita hidup berdampingan makhluk yang kita tidak bisa melihatnya namun bisa merasakan keberadaannya. Keindigoan muridku dapat aku kisahkan di sini. Pertama, kisah Aini yang badannya dimasuki makhluk lain sehingga jika ia ditanya ia tak akan mengaku bahwa ia adalah Aini tetapi sebagai “Ayu” Ayu yang sedang bermain dan belum mau pulang. Tapi jika Ayu mau keluar dari tubuh Aini maka Aini akan sadar sebagai Aini.
Kedua, saat kbm IPA Aini melihat sosok macan, dan akhirnya dia pun tak sadar (kesurupan). Sebelum kesurupannya menjadi-jadi segera kusuruh ia dibawa ke UKS. Di sinilah tim bekerja menangani masalah Aini. Tubuh dan tangannya kaku. Dan tangannya senantiasa berusaha mencekik lehernya sendiri. Aini pun menirukan gerakan macam yang menggeram dengan tangan yang mencekeram. “Ini ganas, pikirku”. Agak lama juga proses penanganan kali ini. Tapi insyaalah dengan kesabaran tim, akhinya Aini sadar. Pada saat Aini kesurupan ini tak henti – hentinya tim akan membaca ayat kursi sampai makhluk yang merasuk tak kuat bertahan di raga Aini. Ada gerakan tangan Aini yang kita perhatikan manakala makhluk itu mau keluar. Tangan Aini akan melakukan gerakan tertentu untuk mengeluarkan makhluk yang bersarang di raga Aini. Kadang disertai muntah tapi tak ada yang dimuntahkan. Barulah dia sadar dan badannya tidak kaku.
Setelah sadar tim penanganan akan bertanya tentang apa yang dilihat dan dirasakan sebelum kesurupan. Namun pernah pula dalam kondisi tak sadar Aini ditanya dan jawabannya terasa aneh.
Peristiwa lainnya, saat tetangga sekolah menerima musibah berupa kematian salah satu anaknya. Kami semua warga madrasah datang dan salat jenazah. Saya pun sebagai wali kelas datang membersamai anak-anak di bawah tanggung jawabku. Termasuk Aini juga ikut. Tak lama kami pun kembali ke sekolah. Saya pun mengajar di kelas sesuai jadwal. Saat itu saya mengajar di kelas 8 A. Tiba-tiba teman sekelas Aini datang minta kunci UKS untuk membawa Aini ke UKS. Akupun tanggap apa yang sebenarnya terjadi.
Seperti biasanya tim sudah langsung melaksanakan tugasnya dengan baik tanpa saya komando. Saya pun membantu tim.
Dalam ketidaksadarannya apa yang terucap dari mulut Aini. Ini ujarnya. “Mamak aku njaluk ngapura,” kata Aini sambil berurai air mata. Ya, mata Aini bercucuran. Setelah kami tim berjuang menyadarkan Aini, seperti biasanya teman-teman akan bertanya apa yang terjadi. Apa kata Aini. “Tadi saat ta’ziah, saya melihat sosok lelaki putih tinggi. Laki – laki itu minta tolong kepada saya agar menyampaikan pesan kepada mamaknya. Dan sampai di kelas saya merasa ada yang nempel dalam diri saya,” ujarnya.
Analisa saya pesannya itu adalah permintaan maaf karena ia meninggal dengan cara sesat. Sesatnya apa? Orang itu meninggal dengangantung diri.
Percaya atau tidak tentang kasus indigonya Aini kenyataanya itulah yang ia alami. Dan saya pun minta kejujuran dia ketika dia bercerita.
Pernah Aini berkata kepada saya. “Bu, sebenarnya saya nggak mau hidup seperti ini. Tapi Allah SWT menghendaki saya hidup seperti ini.”, katanya suatu hari.
Akupun minta supaya sabar dan banyak melakukan amalan yang bisa menjauhkan dia dari gangguan jin.
Salah satu teman saya pernah menyarankan agar Aini menjalani rukyah. Apa itu rukyah? Rukyah adalah metode penyembuhan dengan cara mendoakan pada oang yang sakit akibat dari “ain (mata hasad), sengatan hewan, bisa, sihir, kerasukan dan gangguan jin.
Akhirnya aku sampaikan ke orang tua Aini dan alhamdulillah orang tuanya berupaya mengusahakan agar Aini tak lagi mengalami gangguan jin lagi. Aku tanyakan memang ada amalan khusus. Tapi nggak sampai dirukyah . Ayat inilah yang selama ini dibaca Aini setelah selesai salat fardhu yaitu QS Taubah : 128
Artinya : “Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri,berat terasa penderitaan yang kamu alami, (dia) sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, penyantun dan penyayang terhadap orang-orang yang beriman”.
Ayat tersebut memberi keyakinan pada orang yang beriman bahwa Allah SWT selalu ada dan melindungi serta memberikan anugerah kepada umat-Nya yang patuh akan perintah Allah SWT dan menjauhi larangannya. Dan Insya Allah kita akan dijaga dari kesulitan baik di dunia maupun di akhirat.
Nah, rahasia inilah yang membuat kita semua tahu manfaat jika kita mengamalkan ayat-ayat Allah SWT.
Hari berganti hari, bulan berganti bulan. Muridku yang istimewa ini pun akhirnya naik kelas. Dan otomatis aku bukan wali kelasnya lagi. Semoga dengan amalan yang rutin dilakukannya itu, jin tak menggangu kehidupannya lagi. Aamiin.
Inilah kisahku. Bukan khayalan tapi fakta yang kualami selama ini. Moga jadi inspirasi buat kita semua bahwa kita tidak hidup sendirian. Ada dunia lain yang tak tampak oleh kita manusia. Tapi dunia lain itu tahu keberadaan kita. Kita bisa merasakan keberadaannya walau tak mampu melihatnya. Kisah ini juga memberikan hikmah dan kita dapat mengambil ibrah dari peristiwa itu bahwa kita sebagai guru adalah pelayan bagi siswa dan dituntut keikhlasan kita saat membantu kesulitan yang dihadapi anak didik kita. Siapa lagi kalau bukan kita yang membantu anak-anak di sekolah.