Aku Sayang Ibuk

Manggih Trirahayu, M.Pd.

Kehidupan rumah tangga itu tidak selalu mulus. Berbagai masalah terkadang muncul dalam kehidupan. Masalah perbedaan pendapat, keuangan, kurangnya kepercayaan, kekerasan dalam rumah tangga bahkan sampai dengan perceraian. Namun masalah itu tidak hanya dihadapi dengan emosi ataupun perasaan sedih yang mendalam, tetapi harus diselesaikan dengan bijaksana dan penuh tanggung jawab. Saya ambil contoh masalah perceraian.  Perceraian merupakan masalah yang sangat berpengaruh pada anak. Perceraian akan membawa resiko tinggi terhadap gangguan mental anak. Seperti halnya siswaku yang satu ini, sebut saja Namanya Cempluk. Orang tuanya bercerai. Ayahnya menikah lagi, sementara ibunya juga menikah. Ini untuk yang kedua kalinya saya menghadapi siswa yang saya pikir aneh. Sudah kira-kira tujuh bulan saya mengajarnya. Cempluk suka mata pelajaran saya. Kebetulan saya mengajar Bahasa Inggris. Kesan pertama saya mengajar, katanya dia suka. Dia bilang, “Saya suka dengan ibu, sehingga saya juga menyukai pelajaran Bahasa Inggris padahal sebelumnya saya tidak suka pelajaran itu.” Bagi saya ucapan itu hal yang biasa. Semenjak saya ajar, Cempluk sangat rajin. Soal-soal yang ada di buku lembar kerja, banyak yang dikerjakan bahwan hamper semua soal-soal. Dia tunjukkan hasil pekerjaannya. Saya merasa sangat senang dan mengapresiasi  karena dia anak yang rajin. Di dalam kelas dia juga rajin. Dia sering menghapus papan tulis walau tidak saya suruh.

Ketika saya selesai mengajar, dia juga sering bantu membawakan barang bawaanku, seperti laptop ataupun tas tanpa saya suruh. Tidak hanya itu, ketika saya sampai di madrasah dan saya baru menyandarkan motor, Cempluk membawakan tasku sampai ke dalam ruang guru. Saya sangat heran karena ada anak sebaik itu, sangat perhatian dengan gurunya. Tetapi ada satu hal yang saya tidak suka, yaitu punya sifat yang kasar dan suka berkata bohong. Saat itu saya di kelasnya, dia menyampar botol aqua yang ada di meja. Meja itu ada persis di depan saya. Kemudian saya nasihati. Alhamdulillah dia menerima nasihat saya. Cempluk sangat suka WA saya dan sering sekali bahkan sampai larut malam. Sering juga WAnya dengan kata-kata Bahasa Inggris. Saya akui, Cempluk sudah pintar dalam berkomunikasi dengan Bahasa Inggris. Tetapi saya terkadang merasa bosan dan capek  karena dia WA  sampai berjam-jam. Karena saya capek. WAnya tidak saya balas. Paginya dia marah, Cempluk tidak mau menyapa. Bahkan senyum pun tidak mau. Diajak bersalaman juga membuang muka. Kemudian saya panggil. Saya jelaskan mengapa saya tidak membalas WA nya. Saya bilang, “ibu banyak tugas jadi tidak selalu bisa membalas WAmu”. Alhamdulillah dia bisa menerima jawaban saya. Pagi berikutnya dia sudah ceria. Siang itu Cempluk ingin makan siang di ruang saya, kebetulan saya punya ruang tersendiri karena disamping saya mengajar, saya juga sebagai kepala perpustakaan.

Permintaan Cempluk merupakan suatu kesempatan buat saya untuk ngobrol dengan dia. Dia bercerita banyak tentang keluarganya. Cempluk menceritakan bahwa dia dan dua saudara kandungnya ikut neneknya sejak kecil. Orang tuanya jarang menengok mereka, karena orang tuanya bercerai dan sudah menikah lagi. Tetapi ayah kandung Cempluk masih mau datang dan memberi uang untuk kebutuhannya. Saya tanya,”apakah kamu tidak kangen ibukmu.”. Dia bilang kalau dia tidak kangen ibuknya karena sejak kecil yang ngurusi neneknya. Saya yakin neneknya sangat sayang dengan dia, itu dapat dilihat dari penampilannya, bekal makannya yang enak-enak, walaupun  profesi neneknya hanya mencari rumput untuk lembunya. Dia juga bercerita suka jumping – jumping dengan motornya. Walah aneh-aneh tingkah Si Cempluk itu. Saya nasihati kalau itu hal yang tidak baik, apalagi seorang cewek. Dia juga ikut silat katanya. Tapi saya kurang percaya, karena saya tanya tentang silatnya jawabnya kok ngalor ngidul. Banyak hal yang dia  ceritakan. Maunya dia cerita terus, tapi waktu istirahat sudah habi, sehingga saya suruh masuk kelas.

Cempluk itu memang aneh. Hampir tiap malam dia WA. Dia bilang kangen. Pengin ketemuan dan ngobrol lama. Saya bilang, boleh ngobrol tapi jangan lama-lama, karena ibu punya banyak pekerjaan disamping mengajar. Cempluk sering melihat WA saya pada malam hari, masih online atau tidak. Ketika saya masih online larut malam, Cempluk WA dan sering memberi nasihat. Dia bilang, “Ibuk kok belum tidur, ibuk harus istirahat. Ibuk jangan bekerja sampai larut malam, nanti sakit. Saya acungi jempol, dia sangat perhatian dan sayang.”

Setiap saat dia menasihati. Cempluk bilang, ibuk harus banyak makan, minum yang cukup dan banyak istirahat. Jangan tidur terlalu malam. Saya jawab, “iya terima kasih nok.”  Dia menanyakan, kenapa saya kok sibuk terus, sehingga tidak punya waktu untuk dia. Saya sampaikan kalau  saya masih banyak tugas yang harus diselesaikan. Malah dia bilang,”Ibuk itu gimana to, mosok guru dibebani banyak pekerjaan,”. Dia marah-marah seperti itu. Karena saya juga capek, capek ngladeni WAnya, akhirnya WA nya tidak saya balas. Dia marah, pagi itu dia tidak mau menyapa. Ketika saya masuk kelasnya, dia cuek. Cempluk diam saja, tidak aktif seperti biasanya. Lagi-lagi Cempluk saya panggil. Saya jelaskan kalau saya sangat sibuk sehingga tidak sempat balas WA. Dia menangis. Dia bilang pengin ketemu dan ngobrol. Cempluk… Cempluk..cah kok gak paham kalau guru itu banyak pekerjaan, ya gak bisa kalau tiap hari diajak ngobrol terus. Dia menangis tapi akhirnya  bisa memahami saya. Setelah itu hari-harinya penuh dengan keceriaan. Kalau melihat saya, dia panggil, “ibuk.. ibuk… Kadang dia terus berjalan berdampingan dengan saya sambal nyenggol-nyenggolkan tangannya. Hiii..kok jadi mrinding juga.”

Cempluk sangat rajin, hampir semua soal-soal di buku lembar kerja diselesaikan semua. Waktu itu Buku lembar kerjanya diberikan saya. Kemudian saya cek. Memang anak ini rajin. Saya benar-benar bangga. Ketika saya cek bukunya tadi, di sampul bukunya ternyata banyak tulisan yang intinya sayang sama saya. Banyak Tulisa-tulisan MTR.. itu singkatan nama saya. Jebulnya tidak hanya sampul, lengannya juga ditulisa nama saya, bahkan profil WAnya. Aneh banget Cempluk itu. Memang Cempluk itu penuh perhatian dengan saya. Ketika saya pulang sekolah, dia selalu WA, menanyakan apakah saya ssampai rumah, sudah mandi sore atau belum, sudah makan belum. Dia WA kalau saya dan mengatakan kalau saya jangan mandi sore-sore karena nanti bisa sakit, itu katanya.

Pernah suatu saat dia WA, dia bilang “sudah lama tidak ketemu ibuk, aku kangennn sama ibuk”. Terus saya balas, besok setelah Selasa, karena ibuk sibuk, baru persiapan akan ada pengawas. Dia balas lagi “beneran ya buk, takute nanti pas tak cari ibuk gak ada. Aku tidak mau ditinggal ibuk”. Saya makin lama kok malah semakin takut ada apa dengan anak ini. Apakah anak ini memang butuh kasih sayang karena orangtuanya bercerai dan tidak pernah mengurusi ataukah karena apa. Saya sering bertanya-tanya pada diri sendiri. Pernah profil WA saya tidak saya beri foto. Cempluk bingung, banyak guru-guru yang di WA oleh Cempluk. Dia minta di screenshootkan profil WA saya. Dia berpikiran, WA dia saya blokir. Pernah juga kejadian aneh, ketika saya didekatnya dan meminta bukuya karena pekerjaannya mau saya cek, tangan saya digrayangi. Saya jadi ketakutan, kenapa kok seperti ini. Saya masih penasaran, saya berjalan mengecek pekerjaan siswa yang lain, kemudian saya balik lagi pada Cempluk, saya minta bukunya, saya cek lagi, ternyata tangan saya disentuh. Terus saya ingat-ingat lagi kejadian  demi kejadian yang aneh yang sudah berlalu dulu. Berarti dulu itu jangan-jangan ada sesuatu. Pernah tangan saya diremas, ketika bersalaman.  Pernah juga ketika dia ngobrol, dia suka mendekatkan badannya. Karena penasaran, saya  tanya,”kamu cinta sama ibuk,”. Dia jawab kalau dia sayang sama saya. Teman-temannya bilang kalau Cempluk itu pacarnya saya. Waktu itu saya langsung menjelaskan, bahwa hubungan kita sebatas hubungan guru dan siswa, tidak lebih dari itu. Alhamdulillah Cempluk bisa mengerti.

Dari beberapa kejadian tadi, akhirnya saya baca-baca mencari referensi tentang bagaimana dampak anak yang orang tuanya broken home. Di google saya menemukan bahwa broken home diduga bisa menjadi pencetus pembentukan pribadi penyimpangan seksual lesbian. Orangtua tidak boleh menampakkan kekerasan di hadapan anak-anak, baik dilakukan ayah terhadap ibunya, atau sebaliknya. Hal ini berpengaruh terhadap perkembangan seksual anak-anak. Ibu yang dominan melakukan kekerasan terhadap ayah, membuat harga diri ayah jatuh di mata anak. Akibatnya, anak menjadi benci terhadap sosok ibu (perempuan, red). Kalau anak laki menjadi tidak menyukai perempuan, sebaliknya yang perempuan akan mencari sosok pengganti ibunya yang lemah lembut. Sebaliknya, bila ayah yang dominan menyiksa ibunya membuat anak perempuan enggan menikah. Untuk apa menikah, nanti menderita seperti ibu? Padahal, perkembangan seksual anak akan terus tumbuh. Ketika ada kaum sejenis yang mendekatinya membuat anak nyaman, klop bisa terjerumus.

Dari gambaran tersebut ada dua kesimpulan yang dapat saya ambil, yang pertama, kemungkinan Cempluk itu kurang kasih sayang sehingga mendambakan seorang ibu yang bisa diajak ngobrol dan selalu menemani setiap saat. Yang kedua, dia kemungkinan bisa mengarah pada penyimpangan seksual, dimana itu dapat dilihat dari tingkahnya yang aneh. Saya berharap ini tidak terjadi pada dia.

Bagikan ke...

Lihat juga

Terima Kasih, Kamu Media Belajarku

Fitri Astuti, S.Pd. Aku adalah seorang pengajar di salah satu madrasah di Kulon Progo. Suatu …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *